Diawali dengan mengisi waktu luang untuk berputar-putar dengan sepeda motor yang selalu setia menemani saya (melebihi setia pacar menemani saya *ups curhat*), tiba-tiba saya melihat banner yang cukup besar berisikan tulisan “AKAN SEGERA DIBANGUN........ (blablabla)”. Intinya akan ada bangunan baru ditanah itu (anak kecil juga tau). Dulu (yang saya tau) disana merupakan sawah yang subur, ditanami padi, jadi suka lihat boneka sawah yang dimainkan untuk mengusir para burung nakal yang sedang mencuri biji padi untuk dimakan. Satu kata yang terlintas di pikiran saya melihat hal tersebut. MIRIS.
Kenapa ?
Ya jelas saja miris, coba saja pikirkan, dari pemandangan hijau (pas baru ditanam) jadi kuning (pas udah ada padinya) sampai jadi hitam (kalo udah selesai kan biasa dibakar tuh), tiba-tiba harus jadi bangunan yang....... I can not words it (saya tidak bisa mengungkapkan kata-kata yang tepat). Mungkin akan menjadi hal yang bagus dan indah, di cat warna-warni (gak ada yang tau keinginan si arsitek kan?) gedung tinggi, bentuknya bagus. TAPI HIJAUNYA JADI HILANG SAUDARA-SAUDARA ! (ini yang daritadi ingin saya sampaikan).
(saya yakin ada yang akan membantah) Iya saya tau, modernisasi kan ? saya juga tau kok tentang bisnis tanah atau hotel (meskipun sedikit). TAPI KENYATAANNYA ?. Tidak jarang seluruh lahan dijadikan bangunan, walaupun tidak jadi bangunan, paling maksimal berubah jadi lahan parkir, jadi hilang deh lahan hijaunya. Ck, miris bukan ?. Saya jadi rindu akan pemandangan hijau, meskipun hanya padi yang panen setiap 3 bulan sekali, tapi warna hijau berubah ke kuning itu indah bila diperhatikan dengan baik. (Pada tau gak ?, kalo gak tau bisa saya pastikan anda lahir di daerah beton -semua udah jadi bangunan maksudnya- dan tidak mencoba menjelajah ke desa atau wilayah yang masih asri akan hal-hal seperti pemandangan hijau tersebut).
Terkadang saya berpikir, apakah tanah itu hanya dikontrakan atau di jual. Kalau dikontrakan, itu bagus. Tapi kalau di jual, saya agak tidak setuju. Kenapa ?. Karena ketika sesuatu hal dijual (yang dalam kasus kali ini adalah tanah) hal tersebut akan sangat sulit sekali untuk dimiliki kembali. Bayangkan saja kalau menjual tanah (jual loh JUAL *author cerewet*) duitnya hanya datang sekali saja, misal 1 Milyar, ya sudah 1 Milyar saja, tidak ada bunga-bungaan (ini bukan taman), rugi bukan ? tapi ya memang berbeda urusan kalau duit tersebut di gunakan utnuk bisnis yang lebih menguntungkan lagi. Kalau dikontrakin masih mending, masih atas nama pemilik, duitnya juga masih bisa bertambah dari hasil pembagian hasil atas tempat (atau nama lainnya saya gak tau intinya isi perjanjian antara pengontrak sama yang dikontrakin). Saya prihatin dengan masalah satu ini, tapi mau apa dikata, jaman sekarang apa-apa duit.
Kalau kata orang bijak tuh ya;
“Uang bisa membeli segalanya tapi tidak kebahagiaan sejati.”
Saya setuju sama kata-kata ini. Tapi dari sisi si Devil mengatakan,”hari gini bijak? Gak bertahan hidup lama.” Memang ada benarnya juga, saya tau itu, tapi bolehlah kalau “punya” membantu orang-orang yang membutuhkan, meskipun sedikit itu sangat berarti untuk mereka, daripada “punya” dan membeli barang-barang mewah seperti misalnya mobil. Mobil itu sebenarnya cukup satu, atau dua-lah kalo emang butuh banget, kalo satu anggota dirumah satu mobil ya itu namanya pemborosan, parah.
Sekali lagi kata orang;
“bijak-bijaklah menggunakan uangmu.”
Dampaknya juga sudah banyak yang tau bukan ? baiklah sedikit saja dari saya agar menjadi jelas, mulai dari macet, polusi udara, minyak dunia sekarang sudah mulai langka, jangan nambah yang aneh-aneh deh, kalau kata anak-anak GO GREEN ;
“Sayangi Bumi Kita”.
KITA loh, bukan yang lain, unsur bumi termasuk, tanah, air, gas, dan lain-lain. Kalau sudah unsur inti saja tidak disayangi, bagaimana mendapatkan balas dari hasil bumi ?. Mau makan apa kalau semua tanah dijadiin bangunan ?. Mau bernafas dengan apa kalau oksigen yang dihasilkan oleh pohon habis, tau sendiri pohon sudah mulai habis tertebang sedikit demi sedikit.
Ada yang tau Indonesia ini kaya ? Pasti tau, siapapun sering mengatakannya. Bahkan memikirkannya saja sudah membuat diri terkagum-kagum karena lahir di tanah permai ini. Tidak percaya ? coba saja renungkan, bandingkan dengan belahan bumi lainnya. Tanah yang subur, laut yang kaya, budaya dan bahasa yang beraneka ragam, dan satu lagi yang membanggakan, Indonesia merupakan negara terluas ke-14 didunia (menurut : wikipedia ) . Bangga tidak ?. Saya sendiri sangat sangat bangga untuk hal bumi yang telah dilimpahkan oleh Tuhan ke negeri ini, negeri dimana saya lahir, menginjakan kaki di ibu pertiwi Indonesia, tumbuh berkembang, dan akan menutup mata ditanah ini pula (jadi inget lagu nasional “tanah air beta”).
Baiklah, ini menjadi postingan paling melantur, jadi kemana-mana, maafkan saya saudara-saudara, saya hanya berpendapat (padahal masih banyak yang ingin saya tuangkan, tapi ya sudahlah).
Intinya, sebenarnya saya miris sama wilayah hijau yang makin hari makin berkurang, kasian juga kadang saya sama generasi yang akan datang, mungkin 5, 10,15, atau 20 tahun lagi mereka tidak bisa lagi melihat apa itu yang namanya sawah, apalagi main di sawah (ketahuan deh anak sawah, ha ha ha) walaupun pada jaman saya main di sawah juga sudah ada pembangunan dimana-mana, tapi saya bersyukur masih bisa mengunjungi wilayah-wilayah pedesaan atau wilayah yang masih asri lengkap dengan pemandangan hijau dan jauh dari hiruk-pikuk kota yang padat.
Yah, begitulah kira-kira setengah isi otak saya tentang satu hal yang saya lihat dari mulanya sebuah banner menjadi hal yang berkepanjangan seperti ini. Terima kasih telah membaca, mohon maaf bila ada hal yang menyinggung atau ada kata-kata yang salah.
Sekali lagi, bila ingin berkomentar, jangan bash/menghujat/menghina/berkata kasar/menyinggung (gak adil ya? maaf). Saya minta maaf sebesar-besarnya, bukan bermaksud menyinggung, tapi ini isi pikiran saya, jangan salahkan anugerah Tuhan Yang Maha Esa (^o^)


0 komentar:
Posting Komentar